Setelah kejadian tempo hari yang mengahancurkan seluruh hati ku, aku masih setia menunggu hatinya hingga saat ini. Akupun bingung mengapa aku sebodoh ini, menunggu sesuatu yang tak mungkin terjadi. Menunggu seseorang yang telah menghianati cinta tulus ku, cinta suci ku, dan janji setia ku. Tapi mungkin aku tlah terlanjur cinta mati padanya. Dan akupun percaya suatu hari nanti dia akan kembali padaku, setelah dia menyadari besarnya kasih sayang ku untuknya.
Di masa-masa penantian ku, aku menemui berbagai macam kabar buruk, seperti yang ku dengar pagi ini. Salah satu teman baik ku memberitahu ku bahwa dia telah dimiliki orang lain. Mendengar berita itu hatiku serasa remuk kembali, badan ku lemas, kepala ku pusing, semuanya serasa hancur di muka bumi ini. Sahabat-sahabat ku mencoba menghibur, akupun mencoba untuk bangkit kembali, karena aku tlah terlanjur terbiasa seperfti ini, mendengar kabar buruk tentangnya, tersakiti oleh semua tingkah lakunya.
Hari ini aku mencoba masuk sekolah dengan sikap seperti biasa, meski di dalam hati ku terdapat luka yang sangat mendalam. Akhirnya aku mencoba mencari tahu kebenaran kabar buruk itu, tapi tak ada seorangpun yang tau. Akupun mulai gelisah, berharap kabar itu hanya gossip belaka, berharap hatinya masih tetap milikku.
Keesokan harinya akupun mencoba bertanya pada setiap teman dekatnya, tapi merekapun tiada berguna. Mereka hanya memberikan jawaban yang malah membuat hati ku semakin gelisah. Setiap malam aku tak bisa tidur nyenyak memikirkan hal ini, dirinya terlalu berharga untuk ku. Tak ada seorangpun yang bisa menggantinya di istana hati ku, karena dia telah menjadi raja di dalamnya.
Setelah berbagai usahaku selalu gagal, akupun mulai letih dan putus asa, aku tak tau lagiharus berbuat apa untuk mengetahui kebenaran berita itu. Jika semua teman dekatnya tidak tahu-menahu, lalu harus pada siapa lagi aku bertanya. Kemudian temanku menyarankan agar aku langsung bertanya pada dirinya. Mendengar saran itu, aku ragu dapat melakukannya. Aku ragu aku bisa berbicara langsung padanya, bertemu dengannya saja sudah sanggup membuat ku menangis, apalagi jika aku harus berbicara dengannya.
Beberapa hari memikirkan usul temanku, akupun memutuskan untuk coba melakukannya. Tetapi tentu saja tidak dengan berbicara langsung padanya. Aku masih terlalu rapuh untuk melakukan hal itu. Sepulang sekolah, dengan rasa gugup luar biasa, akupun memberanikan diri mengambil telepon genggam ku dan mulai mengetik nomor teleponnya yang selalu ku hafal dalam ingatanku. Kemudian dengan sedikit basa-basi aku mulai menulis pesan untuknya. Setelah kurasa cukup, dengan menarik napas dalam-dalam aku menekan tombol “send” dalam telepon genggam ku. Hatiku pun semakin gelisah menunggu balasan darinya, tak ada hal lain yang kupikirkan selain jawaban darinya.
5 jam 13 menit menunggu, akhirnya balasan darinyapun dating. Mataku mulai basah ketika melihat namanya di layar telepon genggam ku. Setelah mempersiapkan diri, aku membuka pesannya depan pelan. Dan hal yang ku takutkan akhirnya terjadi, dia hanya membalas pesan ku dengan 2 huruf, yaitu “ya”. Air matakupun semakin deras, dadaku sesak, badanku panas, dan tiba-tiba semuanya gelap.
0 komentar:
Posting Komentar